Teori Perilaku Konsumen Dengan Pendekatan Kardinal
NAMA: MUHAMMAD ADIEVTAMA SYAHPUTRA
NBI: 1232000024
MATKUL: PENGANTAR EKONOMI MIKRO_K
Teori Perilaku Konsumen Dengan Pendekatan Kardinal
PERILAKU KONSUMEN
Perilaku konsumen adalah sebuah kegiatan yang berkaitan erat dengan proses pembelian barang atau jasa. Sebelum membeli barang atau jasa, konsumen biasanya melakukan berbagai macam pertimbangan, seperti mempertimbangkan harga, kualitas, serta fungsi atau kegunaan dari barang atau jasa tersebut.
Jumlah dan jenis barang yang dikonsumsi tiap-tiap orang juga tidaklah sama. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang antara lain:
- tingkat pendapatan,
- tingkat pendidikan,
- tingkat dan jenis kebutuhan,
- kebiasaan masyarakat,
- status sosial, dan
- selera masyarakat.
Kemudian secara umum perilaku konsumen dibagi menjadi dua, yaitu ada perilaku yang bersifat rasional dan ada perilaku yang bersifat irasional. Ciri-ciri perilaku konsumen yang bersifat rasional antara lain:
- Konsumen memilih barang berdasarkan kebutuhan.
- Barang yang dipilih konsumen memberikan kegunaan optimal bagi konsumen.
- Konsumen memilih barang yang mutunya terjamin.
- Konsumen memilih barang yang harganya sesuai dengan kemampuan konsumen.
Sementara itu perilaku konsumen yang cenderung tidak rasional memiliki ciri-ciri antara lain:
- Konsumen memilih barang bukan berdasarkan kebutuhan, melainkan gengsi atau karena ingin pamer.
- Konsumen lebih mementingkan merek ketimbang nilai guna barang.
- Konsumen sangat mudah dipengaruhi oleh iklan dan promosi yang cenderung bombastis.
Saat hendak melakukan aktivitas konsumsi, konsumen umumnya akan memilih barang atau jasa yang memiliki nilai dan dapat memberikan manfaat bagi dirinya. Nilai yang ada pada suatu barang ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu nilai pakai dan nilai tukar.
Nilai pakai, yaitu kemampuan benda untuk memenuhi kebutuhan hidup.
- Nilai pakai objektif, yaitu kemampuan dari suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia
- Nilai pakai subjektif, yaitu arti yang diberikan seseorang terhadap suatu barang/jasa sehubungan barang/jasa tersebut dapat dipakai memenuhi kebutuhan hidup pribadi pemakainya (unsur psikologis pemakainya)
Nilai tukar, yaitu kemampuan benda untuk ditukarkan dengan benda lain.
- Nilai tukar objektif, yaitu nilai tukar benda yang ditentukan oleh benda yang ditukarkan
- Nilai tukar subjektif, yaitu nilai tukar benda yang ditentukan oleh pemilik benda
Setiap konsumen akan berusaha memaksimalkan kepuasannya pada saat mengonsumsi suatu barang ataupun jasa. Tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen dalam mengonsumsi barang dikenal juga dengan istilah utilitas. Dalam mempelajari perilaku konsumen, terdapat dua pendekatan utama yang menganalisis perilaku konsumen dalam mengonsumsi barang dan jasa, salah satunya yaitu pendekatan kardinal
PENDEKATAN KARDINAL
Teori perilaku konsumen pendekatan kardinal dikembangkan oleh beberapa ahli ekonomi seperti Hermann Heinrich Gossen, William Stanley Jevons, dan Leon Walras. Aliran ini beranggapan bahwa tinggi rendahnya nilai suatu barang atau jasa bergantung dari subjek yang memberikan penilaian. Artinya bahwa suatu barang atau jasa akan dianggap bernilai apabila barang atau jasa tersebut mempunyai nilai guna bagi penggunanya.
Menurut pendekatan kardinal, nilai guna atau kepuasan atas suatu barang itu bisa diukur dengan angka. Satuan ukurannya adalah “util” (diambil dari kata “utility“). Misal saat kita mengonsumi semangkuk mie menghasilkan 8 util kepuasan, atau makan sebatang cokelat yang menghasilkan 4 util. Nah, karena bisa diukur inilah pendekatan ini kemudian disebut juga dengan pendekatan kardinal (cardinal approach).
Dalam pendekatan kardinal dikenal dua ukuran kepuasan, yaitu Total Utility (kepuasan total) dan Marginal Utility (kepuasan tambahan). Total utility adalah ukuran kepuasan total yang diperoleh dari mengonsumsi sejumlah barang dan jasa. Sementara itu, marginal utility adalah tambahan kepuasan yang diperoleh dari konsumsi satu unit tambahan barang.
Dalam pendekatan kardinal, berlaku hukum “tambahan kepuasan yang semakin menurun” (the law of diminishing marginal utility). Maksudnya ialah bahwa tambahan kepuasan awalnya akan meningkat, namun kemudian setelah mencapai level tertentu, tambahan kepuasan tersebut akan terus menurun jika seseorang mengonsumsi barang yang sama terus-menerus. (Penjelasan mengenai hukum tersebut akan disajikan pada bagian akhir tulisan ini).
KELEMAHAN DAN KELEBIHAN
Kelebihan Teori Perilaku Konsumen Dengan Pendekatan
Kardinal:
- Pengukuran Preferensi Konsumen Secara Kuantitatif: Teori perilaku konsumen dengan pendekatan kardinal memungkinkan peneliti untuk mengukur preferensi konsumen secara kuantitatif dengan menggunakan skala kardinal atau angka. Hal ini memudahkan para peneliti untuk melakukan analisis statistik dan memperkirakan tingkat kepuasan konsumen terhadap produk atau layanan tertentu.
- Memperkirakan Tingkat Kepuasan Konsumen: Dengan menggunakan pendekatan kardinal, para peneliti dapat memperkirakan tingkat kepuasan konsumen terhadap berbagai atribut produk atau layanan dan memprediksi preferensi konsumen dalam situasi yang berbeda.
- Memperkirakan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat: Pendekatan kardinal juga dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat kesejahteraan masyarakat dengan mempertimbangkan preferensi kardinal mereka terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi.
Kelemahan Teori Perilaku Konsumen Dengan Pendekatan
Kardinal:
- Sulitnya Mengukur Preferensi Konsumen Secara Akurat: Salah satu kelemahan utama dari teori perilaku konsumen dengan pendekatan kardinal adalah sulitnya mengukur preferensi kardinal konsumen secara akurat, terutama dalam situasi di mana preferensi konsumen sulit dijelaskan atau mungkin tidak diketahui.
- Mengabaikan Faktor Psikologis dan Sosial: Pendekatan kardinal cenderung mengabaikan faktor psikologis dan sosial yang dapat memengaruhi perilaku konsumen, seperti faktor budaya, norma, dan nilai.
- Keterbatasan dalam Menjelaskan Perilaku Konsumen: Pendekatan kardinal cenderung sulit untuk menjelaskan alasan mengapa konsumen memilih produk tertentu, terutama jika preferensi konsumen sulit dijelaskan secara kuantitatif.
Berikut ini adalah beberapa contoh perilaku konsumen dengan
pendekatan kardinal:
- Pembelian Berdasarkan Utilitas: Seorang konsumen memilih smartphone yang memberikan kepuasan tertinggi dalam hal kualitas kamera, kapasitas baterai, dan performa yang cepat.
- Kurang Pilih-Pilih: Seorang konsumen membeli botol air mineral tanpa mempertimbangkan merek atau kualitas air yang ada di dalam botol, hanya karena kebetulan sedang haus dan butuh minuman.
- Pemilihan Berdasarkan Pengorbanan: Seorang konsumen memilih hotel dengan harga yang lebih murah, meskipun kualitas fasilitas dan pelayanan yang diberikan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan hotel yang lebih mahal.
- Pemilihan Berdasarkan Kualitas: Seorang konsumen memilih mobil dengan kualitas yang lebih baik, seperti fitur keselamatan yang lebih canggih, mesin yang lebih bertenaga, dan bahan bakar yang lebih efisien.
- Pemilihan Berdasarkan Merek: Seorang konsumen memilih merek tertentu ketika membeli produk tertentu, seperti produk kosmetik atau pakaian, karena dia memiliki preferensi atau loyalitas merek yang kuat.
- Pemilihan Berdasarkan Fitur: Seorang konsumen memilih laptop yang memiliki fitur tambahan, seperti layar sentuh, kartu grafis yang lebih baik, atau speaker yang lebih canggih, karena fitur-fitur tersebut memberikan nilai kardinal yang lebih tinggi bagi konsumen.
Perilaku konsumen yang berbeda dapat tergantung pada
preferensi individu dan situasi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perusahaan
perlu memahami perilaku konsumen dengan pendekatan kardinal untuk dapat
memenuhi kebutuhan dan preferensi konsumen dengan lebih baik dan efektif.
HUKUM GOSSEN
Hukum Gossen 1 yang dikemukakan oleh Hermann Heinrich Gossen berbunyi seperti ini:
”Jika pemenuhan kebutuhan akan satu jenis barang dilakukan secara terus-menerus, utilitas yang dinikmati konsumen akan semakin tinggi, tetapi setiap tambahan konsumsi satu unit barang akan memberikan tambahan utilitas yang semakin kecil.”
Contoh penerapan Hukum Gossen 1 :
Jika kamu sedang makan saat berbuka puasa, maka santapan dari piring pertama luar biasa enaknya. Anggap saja nilai kepuasanmu sebesar 9 util. Namun kepuasan berkurang saat kamu terus menambah makan hingga piring ketiga, misalnya menjadi 5 util saja.
Atau. Ketika kamu baru pertama jadian sama pasangan kamu awalnya terasa nikmat serasa dunia milik berdua yang lain ngontrak, tetapi semakin lama hubungan mu maka salah satunya akan semakin bosan, sehingga tidak menutup kemungkinan akan ada yang meninggalkan hubungan tersebut karena bosan :)
Sedangkan Hukum Gossen 2 menyatakan:
“Jika konsumen melakukan pemenuhan kebutuhan akan berbagai jenis barang dengan tingkat pendapatan dan harga barang tertentu, konsumen tersebut akan mencapai tingkat kepuasan yang optimal jika konsumsinya berada saat rasio marginal utility (MU) berbanding lurus dengan harga yang sama untuk semua barang yang dikonsumsinya.”
Contoh penerapan Hukum Gossen 2 :
"Saat mempunyai uang sebesar Rp100.000, anda akan cenderung menghabiskan uang untuk berbagai kebutuhan. Misalnya, seorang pelajar membelanjakan uang untuk jajan, membeli buku tulis, buku bacaan, alat tulis.
Hal ini menunjukkan bahwa orang yang melakukan pemenuhan kebutuhan akan memperhatikan berbagai macam kebutuhan lainnya, dan berusaha mencapai kepuasan yang mendekati sama dari berbagai macam pemenuhan kebutuhan tersebut."
DAFTAR PUSTAKA
https://jagoekonomi.com/2020/06/15/teori-perilaku-konsumen-pendekatan-kardinal/
https://majoo.id/solusi/detail/pendekatan-kardinal
https://tirto.id/teori-perilaku-konsumen-bunyi-hukum-gossen-1-dan-2-serta-contohnya-glZg
EMAIL:
adievtama@gmail.com
https://www.untag-sby.ac.id/
Komentar
Posting Komentar